Indonesia kembali digegerkan dengan kasus bom di sekitar Geraja katedrial Makasar, Minggu (29/3/21). Beritannya meluas cepat melalui beberapa media di antaranya koran, televisi, dan media online. Fenomena ini tentu membuat suasana setempat begitu menegangkan bagi para jemaat. “umat ibadah kedua sudah pada pulang, kebetulan gereja punya pintu masuk dan pintu keluar jadi tidak kosentrasi pada satu pintu” ujar Wilhemus selaku pastor tulak Gereja Katedral.
Saat itu terjadi sirkulasi jemaat mesa yang pada ibadah pertamannya sudah pulang, lalu mereka kembali saat berlangsungnya ibadah kedua. Wilhemus menyebut ada dua orang pelaku menaiki motor. Beruntung petugas mengetahui kecurigaan gerak-gerik pelaku berhasil mencegahnya.
Peristiwa ini menyebabkan pelaku meninggal dunia, 20 orang terdiri dari warga, petugas keamanan gereja, dan jemaat mengalami luka akibat ledakan, sebagaimana dilansir kompas.com. Atas kejadian ini, mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir turut mengecam pelaku bom Katedral di Makassar. Aziz Bashor selaku ketua HMPS IAT mengatakan, “kami sebagai mahasiswa IAT turut berduka atas kejadian menimpa para korban tak bersalah, sekaligus mengecam aksi bom bunuh diri ini. Hal ini juga sekaligus mengingatkan kita agar lebih selektif dalam bertindak dan mengikuti ajaran-ajaran yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan kebangsaan”, ujarnya.
Oleh sebab itu, Aziz mengajak para mahasiswa IAT khusunya agar bersama-sama mempelajari ajaran Islam yang mengajarkan perdamaian. Mahasiswa IAT juga harus berkomitmen untuk menolak radikalisme dalam bentuk apapun. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah bersungguh-sungguh dalam belajar dan berkomitmen untuk menegakkan NKRI dalam bingkai ke-Bhineka-an. Semoga peristiwa ini memberikan hikmah kepada kita untuk terus menyuarakan ajaran Islam dengan penuh kedamaian.
Penulis: Ahmad Zuhdy Alkhariri