Prodi IAT Diskusikan Potensi Kajian Al-Qur’an dalam Masyarakat Kontemporer

Geliat semangat keberislaman masyarakat muslim baik di tanah air maupun manca negara, terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Semangat itu, tentu tidak pernah lepas dari agenda besar mempelajari, membaca dan mengamalkan Al-Qur’an dalam berbagai level. Hal itu ditandai dengan kemunculan sejumlah isu dan praktik keberagamaan yang dilakukan oleh masyarakat, baik dalam skala individu maupun kelompok. Pada tataran ini Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dituntut hadir merespons sejumlah isu yang muncul dan berkembang.

Dalam upaya mengembangkan kajian dan merespons sejumlah isu tentang praktik masyarakat berinteraksi dengan Al-Qur’an, Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Dakwa UIN Raden Mas Said Surakarta melakukan seminar “New Trends on Qur’anic Studies”. (09/03/2022). “Kegiatan ini menghadirkan Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., M.Phil. (antropolog UGM) dan Dr. Yuyun Sunesti, M.A. (Sosiolog UNS). Kedua narasumber ini sengaja dihadirkan untuk memperkuat wacana pendekatan sosiologis-antropologis untuk menjelaskan fenomena yang terjadi di masyarakat, khususnya dalam proses pengkajian Al-Qur’an. Tentu saja, pengkajian Al-Qur’an yang dimaksud bukan lagi berbicara seputar teks, melainkan lebih pada aspek interaksi manusia dengan kitab suci Al-Qur’an”. Ujar Nur Rohman, selaku Koordinator Prodi IAT.

Teori yang selama ini berkembang dalam wacana tersebut sering dipahami dengan istilah ‘The Living Qur’an’. Menurut Dr. Islah Gusmian yang juga sebagai Dekan FUD, “para mahasiswa yang mengkaji fenomena ini sering kali kurang memahami paradigma ini. Sehingga kajiannya justeru kurang memadai. Oleh karena itu, kegiatan semacam ini penting untuk dilaksanakan”. Ungkapnya dalam sesi sambutan dan pembukaan. 

Kegiatan yang diikuti oleh kurang lebih 100 peserta ini, dilaksanakan secara luring dan daring sekaligus. Turut hadir dalam kesempatan ini, para dosen dan mahasiswa IAT dan mengikuti kegiatan dengan cukup antusias. Bertindak sebagai pembicara pertama, Dr. Yuyun Sunesti menjelaskan tentang pentingnya melakukan kajian terhadap masyakat dalam kaca mata sosiologis. Ia menjelaskan bahwa, seorang peneliti harus mengambil jarak dengan objek yang diteliti, sehingga hasil kajiannya benar-benar objektif. Pakar sosiologi agama UNS ini juga menjelaskan “Seorang pengkaji gejala sosial, harus mampu membedakan agama sebagai keyakinan dengan agama sebagai gejala sosial. Hal itu penting karena sebagai penganut agama, selama ini kita pasti menganggap bahwa agama pasti benar. Sehingga terkadang kita tidak bisa menganalisis dengan memadahi dalam sebuah penelitian yang kita lakukan”.

Pernyataan Yuyun tersebut diperkuat oleh Prof. Heddy yang menjelaskan konteks pengkajian Living Qur’an. Menurut Heddy, selama ini para pengkaji Al-Qur’an, khususnya insider memandang interaksi umat islam dengan Al-Qur’an secara taken for granted, atau sesuatu yang biasa saja terjadi. Hal ini karena Al-Qur’an memang diyakini sebagai kitab suci dan sumber ajaran umat Islam. Padahal, jika diperhatikan ada banyak hal unik yang bisa dikaji dan sering kali menarik perhatian pengakaji Barat dari kalangan non-Muslim (outsider). 

Sementara itu, dalam upaya melihat fenomena living Qur’an, seorang peneliti harus membekali diri dengan ragam paradigma. Dalam hal ini, Heddy turut memberikan beberapa paradigma yang bisa digunakan untuk melihat fenomena living Qur’an. Di antaranya paradigma evolusionisme, paradigma difusionisme, paradigma fungsionalisme, paradigma performing art, dan lain-lain. Dari beberapa paradigma yang disebutkan, ternyata banyak sekali isu yang dapat dikaji ke dalam satu penelitian yang memiliki banyak aspek kebaruan dalam pengkajian Qur’an. Dengan begitu, maka ke depan kajian-kajian Qur’an dapat semakin berkembang dan dapat merespons tantangan zaman.

Rekaman selengkapnya dapat dilihat pada link berikut:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *