Sukoharjo – (Senin, 22/02/21) Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta kembali fasilitasi dosen untuk melakukan diskusi di tahun 2021. Kegiatan ini diberi judul seminar karya ilmiah dosen. Mengawali kegiatan ini, Kaprodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir H. Tsalis Muttaqin, Lc., M.S.I tampil menjadi pembicara pertama didampingi Sekprodi Nur Rohman, M.Hum sebagai moderator. Hadir secara offline pada kesempatan ini, Wakil Dekan 1, Dr. Hj. Kamila Adnani, M.Si yang juga memberikan kata pengantarnya. Beliau menyampaikan bahwa makalah hasil diskusi ini diharapkan dapat disatukan dan diterbitkan ke dalam buku nantinya.
Kegiatan yang didesain secara online ini, mendiskusikan ‘Dialektika Islam dan Budaya Jawa’. Dialektika Islam dan Budaya Jawa merupakan tema yang telah banyak didiskusikan oleh berbagai kalangan. Tentu saja hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal. Salah satunya karena Islam dan Budaya Nusantara mempunyai relasi penting dalam pembangunan nasional. Namun, diskusi ini menjadi menarik karena disampaikan oleh seorang santri yang telah menyelesaikan pendidikan di luar negeri, Al-Azhar, Kairo, Mesir. Di satu sisi, santri sudah terbiasa mengaplikasikan persinggungan budaya antara Islam dan budaya lokal. Namun di sisi lain, pengalaman di luar negeri dapat menjadi bekal untuk memandang budaya Islam dengan budaya Nusantara di sisi lain.
Tsalis Muttaqin memaparkan bahwa dialektika antara Islam dan budaya Jawa terjadi cukup dinamis. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi semenjak masa para wali yang mengajarkan Islam hingga kini. Ia juga berpendapat bahwa modal kebijaksanaan para Walisongo yang memadukan Islam dan budaya, menjadi satu prototype dakwah yang perlu diteladani hingga kini. Pendakwah agama, selain alim mereka dituntut untuk menjadi sosok ‘sakti’. Tentu saja, ‘sakti’ di sini harus dipahami secara kontekstual. menjadi ‘solver’bagi problematika sosial masyarakat menjadi kunci. Sehingga agama yang didakwahkan tidak lagi menjadi masalah baru, melainkan menjadi solusi bagi berbagai masalah yang terjadi.
Kegiatan yang dihadiri oleh sejumlah dosen FUD ini, nampak mendapat sambutan dan antusiasme. Ada beberapa isu yang muncul kemudian, seiring pembahasan tema ini. Mulai dari soal perkembangan dialektika jilbab, tradisi jawa, nikah berdasarkan weton, hingga ritual Yoga. Tentu saja, hal ini dapat menjadi catatan untuk dapat dikembangkan dalam kajian serius dan diskusi-diskusi selanjutnya.
Mengakhiri diskusi, Tsalis Muttaqin menyampaikan bahwa dialektika Islam dan kebudyaan ini selalu harus bersinergi tentang kebangsaan dan keagamaan. Masyarakat Muslim juga harus terlibat aktif dan melakukan dialektika sehingga mempunyai kontribusi bagi perkembangan Islam dan kebangsaan. Hal yang tak kalah pentingnya adalah pandangan sikap NKRI sebagai satu kesatuan harus terus dipertahankan. (NR).