Rabu (20/9/2023) Program Studi (Prodi) Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT) melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). KKL ini mengambil tema tentang Penguatan Pemahaman Lapangan Dalam Konteks kajian Al-Quran dan Tafsir yang Terintegrasi dengan Kearifan Lokal. KKL kali ini diikuti oleh mahasiswa IAT yang duduk di semester 7 dan didampingi oleh beberapa Dosen Pembimbing Lapangan (DPL).
Saat itu, tepat pukul 9.15 rombongan mahasiswa dan DPL yang melaksanakan KKL tiba di Desa Jipang Panolan, tepatnya di wilayah Petilasan Aryo Penangsang. Rombongan disambut oleh para perangkat desa, Pendamping Desa (PD), sesepuh, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wilayah Blora, dan Pejabat di tingkat Kecamatan.
Dalam sambutannya, para perangkat desa mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Prodi IAT. Sejarah memang perlu diungkap dari sudut pandang masyarakat lokal, tutur Larmin selaku pihak desa. Pernyataan larmin juga diulang kembali oleh perwakilan pihak Kecamatan yang menyampaikan bahwa banyak penghitaman sejarah dilakukan atas Aryo Penangsang. ” Aryo Penangsang adalah sosok rupawan yang sangat hebat, cerdas dan pemberani, satu-satunya sisi buruk dari Aryo Penangsang menurut penuturan leluhur kami adalah bahwa dia sangat ambisius dan grusah-grusuh”, tutur Sekretaris Camat. Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga secara terang-terangan menanyakan keterkaitan antara Prodi IAT dengan studi tentang Sejarah Aryo Penangsang.
Menyoal terkait hubungan antara penelusuran sejarah Aryo Penangsang dengan kajian Ilmu Al-Quran dan Tafsir sebenarnya terletak dari bagaimana proses difusi kebudayaan terjadi. Sejarah yang berkembang terkait dengan sosok Aryo Penangsang melahirkan banyak interpretasi masyarakat yang menganggap bahwa dia adalah seorang tokoh antagonis. Perlunya dilakukan kajian ulang tentang bagaimana sebenarnya sejarah Aryo Penangsang berdasarkan penutur sejarah dari masyarakat lokal adalah untuk membingkai sejarah secara seimbang. Aryo Penangsang sendiri merupakah tokoh yang memiliki kaitan erat dengan sejarah Kerajaan Islam Demak dan dinamika masyarakat di sekitarnya. Demak sendiri merupakan Kesultanan pertama di Pulau Jawa. Sebagai kesultanan Islam pertama di pulau Jawa, Kesultanan Demak memegang peranan penting dalam proses islamisasi saat itu. Kesultanan Demak berkembang menjadi pusat perdagangan dan pusat penyebaran Islam. Fakta tersebut erat kaitannya dengan bagaimana Al-Quran melalui berbagai syariat Islam didakwahkan oleh para pendakwah kepada masyarakat lalu dihidupkan dengan perilaku terus berkembang. Wilayah ini adalah wilayah living quran, dimana Al Quran dihidupkan oleh masyarakat melalui pemahaman mereka yang juga dipengaruhi oleh tradisi yang berkembang di sekitar mereka, tutur Fathonah selaku Koordinator Prodi saat menceritakan alasan mengapa Prodi IAT tertarik untuk melakukan napak tilas ke petilasan Aryo Penangsang.
Tsalis menambahkah bahwa sejarah sudah saatnya diungkap, tidak hanya dari sudut pandang pemenang, tetapi dari pihak yang kalah. Dalam konteks sejarah, Aryo Penangsang dianggap sebagai sosok yang salah dan melakukan banyak perbuatan keji, termasuk membunuh beberapa tokoh penting. Heri selaku sesepuh desa juga menyampaikan bahwa jika dulu tidak ada yang berani untuk menelusuri kebenaran sejarah, maka sekarang saatnya sejarah Aryo Penangsang dibuka dan diceritakan berdasarkan fakta yang sebenarnya terjadi.
Pasca kuliah lapangan berlangsung di pendopo petilasan, rombongan diajak untuk mengelilingi area petilasan dan ditunjukkan letak makam para leluhur Aryo Penangsang oleh sesepuh desa yang merangkap juru kunci petilasan.
kontributor: Siti Fathonah