Seminar Nasional 2022 Himpunan Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2022 dengan tema “Sains Al-Qur’an-Eksistensi Hukum Sains Dalam Membentuk Takdir Manusia, manusia ditakdirkan atau menakdirkan”, dengan narasumber beliau Prof. Agus Purwanto, D.Sc., dan beliau Zaenal Muttaqin, S.Ag., M.A., P.Dh. Acara ini berlangsung sejak pukul 08:15 WIB dimulai dengan iringan Hadrah Hamas Unit Kegiatan Mahasiswa JQH Al-wustho’ UIN Raden Mas Said Surakarta. Dilanjutkan dengan pembukaan yang dipimpin oleh dua master of ceremony yaitu sahabat Rifki dan sahabati Fauziyah yang merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Diawali dengan pembukaan dan dilanjutkan pembacaan Ayat suci Al-Qur’an yang dibawakan oleh sahabat Al-Fazri, beliau juga merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Menyanyikan lagu Indonesia Raya juga menjadi salah satu rangkaian acara yang dipimpin oleh sahabati Tiara, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Sambutan yang pertama disampaikan oleh sahabat Sukmadi selaku ketua panitia Seminar Nasional, beliau menyampaikan banyak terima kasih bagi narasumber, moderator, tamu undangan, dan juga peserta yang menghadiri pada acara tersebut, tidak lupa beliau juga menyampaikan ribuan kata maaf atas segala kekurangan. Sambutan yang kedua disampaikan oleh Sahabat Muhamad Yasin Arif Rosyidi selaku ketua umum HMPS IAT 2022. Sambutan yang terakhir disampaikan oleh beliau Tsalis Muttaqin, L.C. M.A selaku Sekretaris Jurusan Ushuluddin dan Humaniora, beliau menyampaikan tema ini benar-benar harus di kupas secara tuntas karena menimbulkan pertanyaaan-pertanyaan yang dapat melencengkan pemahaman tentang Islam.
Menurut Prof. Agus Purwanto, D. Sc. kesempurnaan islam berasal pada dasar Q. S Al Maidah ayat 3 yaitu 3 trilogi yaitu Alam, manusia dan Tuhan. Namun, sering kali manusia hanya berfikir pada ketuhanan, padahal di dalam Al-Qur’an terdapat 800 ayat tentang Alam, hal ini lebih banyak daripada ayat mengenai fiqih. Al-Qur’an mengganti keberadaban Arab berubah yang awal mulanya jahiliyah menjadi bangsa yang terpandang. Berdasarkan data sarjana muslim dapat disimpulkan bahwa Islam telah membawa keilmuan lebih dulu dibandingkan ilmuwan Eropa. Dalam surat bayangkan dan Irfani “kalian tidak membunuh mereka namun, Allah yang mematikan mereka.” Dalam perspektif bayangkan dalam surat tersebut memandang bahwa Allah yang berhak atas kita. Sedangkan dalam perspektif Irfani Allah ada dalam diri kita. Harusnya surah tersebut yang kita kritisi, karena dapat menimbulkan perbedaan dalam umat.
Beliau juga menuturkan, bahwa dalam kasus Covid-19 berbagai jenis vaksin telah diluncurkan, sehingga muncul pertanyaan apakah vaksin halal? Namun, harusnya kapan negara kita dapat membuat vaksin sendiri? Kita bukan orang bodoh yang tidak bisa menciptakan sebuah obat. Tidak hanya terpacu pada do’a dan mengabaikan yang lain. Karena do’a tanpa ikhtiar itu sebuah kebohongan, sedangkan ikhtiar tanpa do’a adalah sebuah kesombongan. Sains tidak akan ada jika tidak didasari oleh hukum alam, Karena Sunnatullah tidak akan berubah, dan jangan membuat metafor seolah-olah kita ini tuhan. “dan Allah tidak akan menciptakan antara langit dan bumi secara main-main.” Q. S 21:6 Menurut Aristoteles jika dia memiliki buah apel dan buah kelengkeng dijatuhkan dan buah apel jatuh lebih dahulu. Dengan adanya deterministik menimbulkan para atlet berlatih agar setiap lembaran akurat. Jika Allah yang melempar para atlet pasti hanya berdo’a tidak berlomba. Teleskop Hubble dibuat selama 20 tahun yang berguna sebagai alat perolehan gambar-gambar yang luar biasa dan dikaitkan dengan surat al-buruj yang berarti gugus bintang, namun berdasarkan penelitian bukanlah gugus bintang namun, rasio bintang. Pada tahun 2021 diluncurkan kembali sebuah teleskop keluaran 2021 mencapai jarak 4 kali jarak bumi-bulan dan memerlukan 1 bulan untuk sampai pada orbitnya.
Manusia menakdirkan atau ditakdirkan? Kembali pada pemahaman quatum, sebenarnya tidak memandang dengan satu sisi namun, saling melengkapi. Dalam hal tertentu manusia mempunyai wenang dalam menakdirkan namun tetap ada penentu bahwa Allah adalah penentu garis. Allah akan meningkatkan derajat kalian dengan iman dan ilmu. Jadi kita sebagai manusia harus berpandangan luas agar tidak hanya berpacu pada dunia yang sempit.
Sedangkan menurut pemateri yang kedua Beliau Zaenal Muttaqin salah satu cara untuk mengubah takdir adalah sains atau ilmu pengetahuan. Takdir dalam khazanah Islam klasik islam adalah jabariyah, qodariyah, dan mu’tazilah. Dalam konteks penciptaan terdapat dalam surat Yunus dan Yasin yang bersangkutan dengan hisab Islam.
Takdir adalah sebuah hukum alam semua benda yang ada di jagat raya atau fungsinya sedangkan menurut ketentuan Allah takdir adalah bentuk suatu benda dan ketentuan terhadap suatu benda tersebut. Hukum alam dan ketentuan Allah memaksa kita untuk mengubah takdir. Sama dengan tidak semua anak yang baik berasal dari orang tua yang baik-baik saja. Hidayah itu bukan suatu yang diberikan namun, hidayah juga bisa diupayakan. Dengan adanya ditakdirkan dan menakdirkan berawal dari asumsi atau keinginan seseorang dalam hal yang kurang mungkin dan menghasilkan karya yang dapat mewujudkan keinginan tersebut meskipun dengan bantuan. Manusia tidak menakdirkan namun dapat mengupayakan takdir.
Selanjutnya adalah sesi tanya jawab antara pemateri dan peserta seminar nasional. Setiap makhluk telah memiliki takdirnya masing-masing. Namun benda yang mati tidak mungkin bisa berupaya terhadap takdirnya sedangkan manusia dapat berupaya terhadap takdirnya karena manusia dibekali insting dan akal. Sedangkan benda mati hanya dengan insting. Kita sebagai muslim dengan insting berdasar pada Al-Qur’an. Kebenaran dapat diambil dari pemahaman walaupun tidak ngaji qur’an, menurut abdullah tunai dan Al-Qur’an dapat digunakan sebagai sumber gagasan.
Kesimpulannya manusia diberikan Allah sebuah potensi beruba, mata, hati, dan akal untuk berpikir sebagai acuan kita menjadi khalifah di muka bumi, pemaparan oleh moderator yaitu Aziz Bashor Pratama. Dikembalikan kepadan MC (Master of Ceremony) formal dan dilanjutkan pemberian hadiah kejutan bagi empat penanya, dan pemberian kenang-kenangan kepada narasumber dan moderator. Dilanjutkan dengan sesi foto bersama dan penutup. [Annisa Khomsyiatun Fitri]