Pengabdian IAT: Memilih dan Memilah Ustaz di Media Sosial Pada Masa Pandemi

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir laksanakan pengabdian masyarakat berbasis penguatan terhadap dampak covid-19. Sesuai kompetensi bidang sosial keagamaan, Prodi IAT mengusung tema ‘Memilih dan Memilah Ustaz di Media Sosial pada Masa Pandemi’. H. Tsalis Muttaqin, Lc., M.Ag selaku Kaprodi menjelaskan bahwa tema ini dinilai cukup aktual dan penting, sesuai fenomena yang berkembang belakangan. Penjelasan itu disampaikannya dalam sambutannya.(07/07/20).

Hadir dalam pengabdian ini Drs. H. Khusaeri, M.Ag dan Nur Rohman, M.Hum selaku narasumber dan para guru SDN di Solo dan Sukoharjo. Bertempat di Mushola Nurul Huda, Krapyak Wetan, Kartasura dan mengikuti protokol kesehatan, memakai masker, tersedia handsanitiser dan jaga jarak, kegiatan ini  berlangsung cukup kondusif.

Khusaeri sebagai narasumber pertama menyampaikan pentingnya menjaga spiritual dan intelektual pada masa pandemi ini. Di satu sisi, kita harus mematuhi protocol kesehatan yang seringkali menghambat aktifitas, namun di sisi lain kita harus tetap menjaga mood agar tetap gembira dan bahagia. 

Sementara itu, Nur Rohman memulai pemaparan materinya dengan mengajak peserta melihat pemetaan generasi, dan melihat kecenderungan generasi-z. Generasi ini populer lahir dalam rentang 1995-2015. Mereka disebut-sebut sebagai anak kandung teknologi. Sehingga mereka memiliki kecenderungan yang cukup berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka adalah generasi yang dengan cepat menyerap informasi dan mengoperasikan perangkat internet. Akan tetapi kecenderungan itu kemudian memunculkan sejumlah persoalan, khususnya dalam fenomena sosial-keagamaan.

Berbarengan dengan mudahnya arus informasi dan teknologi, muncul sejumlah ustaz ‘gaul’ di media sosial. Para ustaz ini fokus berdakwah di media sosial yang cukup sukses menggaet follower dari kalangan generasi-z. Hal ini menjadikan penciri tersendiri bagi aktifitas keberagamaan generasi-z. Sayangnya, seringkali para generasi ini tidak cukup kritis melakukan melacak track record para ustaz, baik dari latar belakang pendidikan, otoritas keagamaannya. Padahal, pemahaman terhadap aspek keagamaan harus ditempuh dengan proses yang cukup panjang.

Di era matinya kepakaran dan Muslim tanpa Masjid ini, orang cenderung dengan bebas bersuara di media sosial. Sehingga masyarakat perlu diberikan edukasi tentang bagaimana memilih dan memilah guru, khususnya dalam bidang keagamaan. Pemilihan guru yang kredibel, menentukan karakteristik generasi ke depan.

Dalam kegiatan ini, para peserta diajak untuk membaca kembali khazanah keilmuan islam. Konteks keilmuan Al-Qur’an dan Hadis dan ilmunya menjadi penting pada masa ini. Jika ada sebagian sebagian kalangan menyuarakan slogan ‘kembali ke Al-Qur’an dan Sunnah’ seharusnya juga dibarengi dengan mempelajari ilmunya. Di sinilah kemudian peran program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir memiliki peran yang sangat penting. (NR)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *